KJRI New York bekerjasama dengan Yale Council on Southeast Asia Studies
dan Yale Indonesia Forum Rabu pekan lalu (19/11), menyelenggarakan
kuliah umum dan diskusi bertema “Indonesia in the World Political
System” dengan narasumber utama Duta Besar Dr. R.M. Marty M. Natalegawa,
Wakil Tetap RI (Watapri) untuk PBB, bertempat di salah satu universitas
terbaik di AS, Yale University.
Bertindak sebagai pembahas
Ambassador Charles Hill, Diplomat in Resident pada Jurusan Studi-studi
International, Universitas Yale, dan moderator Kevin Fogg, kandidat
doktor dengan spesialisasi Indonesia pada Jurusan Sejarah (Department of
History), Universitas Yale. Dalam sambutannya mewakili Yale Council on
Southeast Asia Studies, Universitas Yale, Indriyo Sukmono dari Yale
Indonesia Forum, menyampaikan tiga hal yang menjadikan 2008 sebagai
tahun yang sangat penting bagi Indonesia. Pertama, bangsa Indonesia
memperingati 100 tahun kebangkitan nasional. Kedua, bangsa Indonesia
memperingati 80 tahun Sumpah Pemuda. Ketiga, 2008 menandai 10 tahun
bergulirnya reformasi di Indonesia.
Konsul Jenderal RI New York
Trie Edi Mulyani yang bertindak sebagai co-host, dalam sambutannya
menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada Yale Indonesia Forum atas
kerjasamanya sehingga acara kuliah umum ini dapat terlaksana. Dikatakan
Konjen RI, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dan negara
berpenduduk muslim terbesar, Indonesia membuktikan bahwa demokrasi dan
Islam dapat tumbuh bersama. Lebih lanjut dikatakan Konjen RI bahwa
Indonesia secara intensif menyelenggarakan interfaith dialogue untuk
menjembatani Barat dan Islam. Sejumlah inisiatif yang diambil Indonesia
dalam berbagai fora internasional menunjukkan bahwa Indonesia terus
memainkan peran yang signifikan dalam konstelasi politik dunia dewasa
ini. Diharapkan melalui kuliah umum ini dapat dibangkitkan kembali minat
para mahasiswa untuk mengambil studi tentang Indonesia, yang pada
gilirannya akan melahirkan Indonesianis baru.
Sementara itu dalam
paparannya, Watapri/Duta Besar Dr. Marty Natalegawa menyampaikan bahwa
Indonesia dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif selalu
berperan di berbagai fora internasional, baik regional maupun
multilateral. Indonesia secara aktif berperan dalam upaya penyelesaian
konflik dan sengketa, seperti yang terjadi di Kosovo, Georgia, Timur
Tengah, Myanmar, dll. Selain berperan aktif di PBB, OKI, GNB, organisasi
regional dan intra-kawasan lainnya, Indonesia tidak melupakan ASEAN
sebagai pilar politik luar negerinya.
Di dalam negeri, dikatakan
Dubes Marty Natalegawa, Indonesia telah mentransformasikan diri dari
pemerintahan otoritarian menjadi demokratis. Dalam perumusan politik
luar negerinya dewasa ini, Pemerintah Indonesia memperhatikan
aktor-aktor lainnya, seperti parlemen, media massa, akademisi, NGO’s,
dll. Berkaitan dengan proses demokrasi ini, Watapri menyebut Indonesia
sebagai “election capital of the world,” karena banyaknya
penyelenggaraan pemilihan umum dari mulai tingkat daerah hingga
nasional.
Watapri menjelaskan saat ini ada tiga tantangan yang
dihadapi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait
dengan: (1) perubahan jenis ancaman, yang dulunya diwarnai dengan
konflik antar negara yang berbeda ideologi, namun kini diwarnai dengan
‘intra-states conflict’; (2) upaya promoting a Unified Council; dan (3)
peran DK PBB dalam penyelesaian persengketaan secara damai, termasuk
upaya conflict prevention. Indonesia, yang untuk ketiga kalinya terpilih
sebagai ‘non-permanent member’ dari DK PBB untuk periode 2007-2008 dan
memegang presidensi DK pada November 2007 telah melakukan peran dan
memberikan kontribusi yang signifikan. Namun demikian, disampaikan bahwa
ada kebutuhan untuk melakukan reformasi DK PBB terkait dengan
meningkatnya kompleksitas dunia.
Ambassador Charles Hill dalam
tanggapannya menyatakan bahwa Indonesia selama ini memiliki peran yang
penting di ASEAN. Indonesia patut berbangga atas prestasinya sebagai
aktor penting, bukan hanya di ASEAN tapi juga PBB. Selanjutnya
dikemukakan Ambassador Charles Hill bahwa saat ini dunia bekerja dalam
suatu sistem yang membuat negara-negara harus berhubungan satu sama
lain. Namun sangat disayangkan sistem politik internasional yang ada
saat ini tidak didesain untuk menyelesaikan segala permasalahan yang
ada. Ambassador Hill mengkritik DK PBB yang dinilai “overreaching” dalam
menentukan agenda-agenda yang dibahasnya. Oleh karenanya, sistem
politik dunia (PBB) perlu ditata ulang.
Para peserta cukup
antusias mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang muncul sangat
bervariasi, mulai dari terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS
ke-44 dan pengaruhnya terhadap berbagai isu internasional, krisis
finansial dunia, bagaimana Indonesia dapat berbagi pengalaman keluar
dari krisis tahun 1998, kebebasan beragama di Indonesia dan terorisme.
Semua pertanyaan dijawab dengan diplomatis dan komprehensif oleh Dubes
Marty Natalegawa.
Kegiatan kuliah umum di Universitas Yale ---
universitas tempat dilahirkannya banyak pemimpin AS (seperti diantaranya
Presiden Ford, George Bush, Bill Clinton, George W. Bush) --- merupakan
kesempatan penting untuk mempromosikan Indonesia di kalangan mahasiswa
AS, khususnya mengenai politik luar negeri dan peran Indonesia di
berbagai forum Internasional. Selain itu, kegiatan ini juga dapat
dijadikan sarana untuk membina dan meningkatkan kerjasama antara KJRI
dengan institusi pendidikan di negara akreditasi.
Kuliah umum
berlangsung dengan lancar dan interaktif. Para peserta tampak sangat
terkesan dengan paparan yang disampaikan oleh Watapri. Acara diakhiri
dengan ramah-tamah sambil menikmati sajian hidangan tradisional khas
Indonesia. Kesempatan ini, tidak lupa dimanfaatkan oleh KJRI New York
untuk mempromosikan pariwisata Indonesia melalui penyebaran DVD dan
souvenir Visit Indonesia bagi para peserta.[]
(Sumber: KJRI New York)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar