Selasa, 01 Mei 2012

Wajah Indonesia Dalam Sistem Politik Dunia

KJRI New York bekerjasama dengan Yale Council on Southeast Asia Studies dan Yale Indonesia Forum Rabu pekan lalu (19/11), menyelenggarakan kuliah umum dan diskusi bertema “Indonesia in the World Political System” dengan narasumber utama Duta Besar Dr. R.M. Marty M. Natalegawa, Wakil Tetap RI (Watapri) untuk PBB, bertempat di salah satu universitas terbaik di AS, Yale University.

Bertindak sebagai pembahas Ambassador Charles Hill, Diplomat in Resident pada Jurusan Studi-studi International, Universitas Yale, dan moderator Kevin Fogg, kandidat doktor dengan spesialisasi Indonesia pada Jurusan Sejarah (Department of History), Universitas Yale. Dalam sambutannya mewakili Yale Council on Southeast Asia Studies, Universitas Yale, Indriyo Sukmono dari Yale Indonesia Forum, menyampaikan tiga hal yang menjadikan 2008 sebagai tahun yang sangat penting bagi Indonesia. Pertama, bangsa Indonesia memperingati 100 tahun kebangkitan nasional. Kedua, bangsa Indonesia memperingati 80 tahun Sumpah Pemuda. Ketiga, 2008 menandai 10 tahun bergulirnya reformasi di Indonesia.

Konsul Jenderal RI New York Trie Edi Mulyani yang bertindak sebagai co-host, dalam sambutannya menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada Yale Indonesia Forum atas kerjasamanya sehingga acara kuliah umum ini dapat terlaksana. Dikatakan Konjen RI, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dan negara berpenduduk muslim terbesar, Indonesia membuktikan bahwa demokrasi dan Islam dapat tumbuh bersama. Lebih lanjut dikatakan Konjen RI bahwa Indonesia secara intensif menyelenggarakan interfaith dialogue untuk menjembatani Barat dan Islam. Sejumlah inisiatif yang diambil Indonesia dalam berbagai fora internasional menunjukkan bahwa Indonesia terus memainkan peran yang signifikan dalam konstelasi politik dunia dewasa ini. Diharapkan melalui kuliah umum ini dapat dibangkitkan kembali minat para mahasiswa untuk mengambil studi tentang Indonesia, yang pada gilirannya akan melahirkan Indonesianis baru.

Sementara itu dalam paparannya, Watapri/Duta Besar Dr. Marty Natalegawa menyampaikan bahwa Indonesia dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif selalu berperan di berbagai fora internasional, baik regional maupun multilateral. Indonesia secara aktif berperan dalam upaya penyelesaian konflik dan sengketa, seperti yang terjadi di Kosovo, Georgia, Timur Tengah, Myanmar, dll. Selain berperan aktif di PBB, OKI, GNB, organisasi regional dan intra-kawasan lainnya, Indonesia tidak melupakan ASEAN sebagai pilar politik luar negerinya.

Di dalam negeri, dikatakan Dubes Marty Natalegawa, Indonesia telah mentransformasikan diri dari pemerintahan otoritarian menjadi demokratis. Dalam perumusan politik luar negerinya dewasa ini, Pemerintah Indonesia memperhatikan aktor-aktor lainnya, seperti parlemen, media massa, akademisi, NGO’s, dll. Berkaitan dengan proses demokrasi ini, Watapri menyebut Indonesia sebagai “election capital of the world,” karena banyaknya penyelenggaraan pemilihan umum dari mulai tingkat daerah hingga nasional.

Watapri menjelaskan saat ini ada tiga tantangan yang dihadapi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait dengan: (1) perubahan jenis ancaman, yang dulunya diwarnai dengan konflik antar negara yang berbeda ideologi, namun kini diwarnai dengan ‘intra-states conflict’; (2) upaya promoting a Unified Council; dan (3) peran DK PBB dalam penyelesaian persengketaan secara damai, termasuk upaya conflict prevention. Indonesia, yang untuk ketiga kalinya terpilih sebagai ‘non-permanent member’ dari DK PBB untuk periode 2007-2008 dan memegang presidensi DK pada November 2007 telah melakukan peran dan memberikan kontribusi yang signifikan. Namun demikian, disampaikan bahwa ada kebutuhan untuk melakukan reformasi DK PBB terkait dengan meningkatnya kompleksitas dunia.

Ambassador Charles Hill dalam tanggapannya menyatakan bahwa Indonesia selama ini memiliki peran yang penting di ASEAN. Indonesia patut berbangga atas prestasinya sebagai aktor penting, bukan hanya di ASEAN tapi juga PBB. Selanjutnya dikemukakan Ambassador Charles Hill bahwa saat ini dunia bekerja dalam suatu sistem yang membuat negara-negara harus berhubungan satu sama lain. Namun sangat disayangkan sistem politik internasional yang ada saat ini tidak didesain untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Ambassador Hill mengkritik DK PBB yang dinilai “overreaching” dalam menentukan agenda-agenda yang dibahasnya. Oleh karenanya, sistem politik dunia (PBB) perlu ditata ulang.

Para peserta cukup antusias mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang muncul sangat bervariasi, mulai dari terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS ke-44 dan pengaruhnya terhadap berbagai isu internasional, krisis finansial dunia, bagaimana Indonesia dapat berbagi pengalaman keluar dari krisis tahun 1998, kebebasan beragama di Indonesia dan terorisme. Semua pertanyaan dijawab dengan diplomatis dan komprehensif oleh Dubes Marty Natalegawa.

Kegiatan kuliah umum di Universitas Yale --- universitas tempat dilahirkannya banyak pemimpin AS (seperti diantaranya Presiden Ford, George Bush, Bill Clinton, George W. Bush) --- merupakan kesempatan penting untuk mempromosikan Indonesia di kalangan mahasiswa AS, khususnya mengenai politik luar negeri dan peran Indonesia di berbagai forum Internasional. Selain itu, kegiatan ini juga dapat dijadikan sarana untuk membina dan meningkatkan kerjasama antara KJRI dengan institusi pendidikan di negara akreditasi.

Kuliah umum berlangsung dengan lancar dan interaktif. Para peserta tampak sangat terkesan dengan paparan yang disampaikan oleh Watapri. Acara diakhiri dengan ramah-tamah sambil menikmati sajian hidangan tradisional khas Indonesia. Kesempatan ini, tidak lupa dimanfaatkan oleh KJRI New York untuk mempromosikan pariwisata Indonesia melalui penyebaran DVD dan souvenir Visit Indonesia bagi para peserta.[]
(Sumber: KJRI New York)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar